Langitsemesta.com – Bupati Sintang, Gregorius Herkulanus Bala, secara resmi membuka Pekan Gawai Adat Dayak ke-XII Kabupaten Sintang Tahun 2025 yang berlangsung pada tanggal 16-19 Juli 2025 di Rumah Betang Tampun Juah, Jerora 1. Gawai tahun ini mengusung tema “Bangkit Bersama Melestarikan Adat Istiadat untuk Dayak Hebat, Indonesia Kuat.”
Dalam sambutannya, Bupati Sintang menyampaikan rasa bahagia atas kehadiran seluruh undangan, khususnya rekan-rekan dari Temenggung Besar Borneo Raya (TBBR). Ia mengapresiasi kehadiran mereka yang tampil penuh semangat dan percaya diri dengan atribut adat yang khas.
“Hari ini, saya Bupati Sintang, tentu merasa berbahagia atas kehadiran kita semua. Apalagi kita lengkap dengan kawan-kawan kita dari TBBR, yang mana mereka sudah hadir di sini dengan atribut mereka yang luar biasa,” ujar Bala pada Rabu 16 Juli 2025.
Dengan gaya khas dan penuh pesan makna, Bupati juga menyampaikan harapannya kepada generasi muda, terutama anggota TBBR. Ia menyinggung soal filosofi mandau dan parang dalam kehidupan orang Dayak.
“Mereka begitu piawai membawa mandau. Walau meragukan entah sepiawai apa lagi mereka membawa parang. Karena kalau mandau yang sering ditantang, yang sering kita tenteng, lalu parang sampai berkarat di dinding, kita hampir susah ngawai ke depan. Karena kita ngawai ini berangkat dari apa yang kita syukuri, berangkat dari apa yang kita dapat,” pungkasnya.
Menurutnya, segala capaian harus berasal dari niat, kerja keras, dan penghargaan terhadap waktu. Ia berpesan agar para pemuda membawa perubahan positif. “Di bahu dan di belakang kalian hari ini terung berbunga. Saya harap suatu hari terung itu harus berbuah,” ujar bala.
Menutup sambutannya, Bupati Sintang meminta agar perhelatan gawai tahun ini berlangsung dengan semarak, namun tetap menjaga keamanan dan ketertiban. “Saya hanya berharap acara gawai ini berlangsung ramai tapi aman. Saya tidak nyuruh tenang, ramai tapi harus aman. Karena kalau tidak ramai, tidak gawai juga,” tegasnya.
Ia pun berharap kerja sama semua pihak agar acara dapat berjalan lancar hingga selesai. Sambutannya ditutup dengan salam adat: “Adil Katalino, Bacuramin Ka Saruga, Basengat Ka Jubata. Betungkat ke adat basa, bepegai ke pengatur perkara.”